TEMPO DOELOE DI PENDOPO 45

Pendopo 45 terletak di jalan Raya Parung km 45, Bogor. Seperti namanya, kompleks hotel dan restoran ini memiliki  bangunan berbentuk pendopo. Tempat tamu-tamu  menikmati hidangan bercita rasa nusantara dan berfoto ‘jadul’.

Memasuki Pendopo 45, kita seperti terlempar ke masa lampau. Delman dan becak, alat transportasi tradisional yang nyaris punah, terparkir di depan Omah Limasan: bangunan persegi yang didesain terbuka, tanpa sekat. Tiang-tiang kayu menopang atapnya. Melihat bentuknya, kita segera tahu, Omah Limasan adalah sebuah pendopo.

Pendopo sendiri merupakan bangunan yang terletak di depan rumah atau di pelataran. Kebanyakan dimiliki oleh rumah-rumah besar seperti keraton,  bahkan masjid-masjid atau kantor-kantor kabupaten.  Fungsinya untuk menerima tamu.

Namun karena ukurannya yang luas, pendopo difungsikan pula sebagai tempat pertemuan, latihan menari atau karawitan dan sebagainya.

Ruang Gamelan dan Menjahit

Namun di Pendopo 45 Hotel & Resto, Omah Limasan tak hanya difungsikan sebagai tempat pertemuan atau ruang berlatih tari. Bangunan berkapasitas 40 orang itu menjadi area foto dengan latar belakang jaman dulu. Di dalamnya selain terdapat seperangkat gamelan, tersedia pula kursi dan meja tamu kuno, lampu gantung dan jam dinding tua. Tak ketinggalan sebuah mesin jahit genjot yang masih berfungsi baik.

Di luar Omah Limasan pun perangkat untuk berfoto jadul pun tersebar. Ada pawon atau dapur yang memiliki tungku kayu dengan api yang bisa dinyalakan, ada juga deretan tungku-tungku kecil dengan wajan-wajan serabi tanah liat di atasnya. Pengunjung, bisa berpose sedang memasak atau membuat serabi. Bisa pula bergaya di samping sepeda ontel dan becak, atau mencoba menaiki rakit terparkir di tepi danau.

Sementara itu di depan Omah Limasan, terdapat Bale Asri. Bangunan yang juga berbentuk pendopo ini merupakan rumah makan. Usai puas berfoto mengenakan kebaya atau baju lurik, tamu-tamu bisa menikmati makanan siang. Menunya, masakan tradisional Indonesia yang  menggugah selera. Pecak gurame, ayam penyet, iga penyet, sop buntut, nasi timbel komplit, rujak cingur, hingga mendoan dan jamur krispi.

Dan siang itu Bale Asri penuh. Tamu-tamu memadati bangku dan kursi restoran.  Dikelilingi pepohonan, suasana pendopo yang kadang digunakan sebagai tempat arisan, pertemuan keluarga bahkan resepsi pernikahan ini, sangat asri. Desainnya yang menyatu dengan sekitarnya membuat pengunjung yang sedang bersantap betah duduk berlama-lama.

Sejak awal berdiri pada 1988, kenyamanan tamu menjadi prioritas Pendopo 45. Adalah pasangan Bambang Soewono dan Soelasih yang membangun 2 pendopo di pelataran rumah mereka untuk dijadikan restoran dan ruang pertemuan dengan konsep pedesaan atau kota kecil di Jawa. Lalu 60 persen dari 20.000 meter persegi luas lahan yang tersedia didedikasikan untuk halaman dengan pepohonan dan tanaman.

Kini, setelah lebih dari 30 tahun berlalu, Pendopo 45 tetap asri dan hijau. Pohon Sawo Duren yang tumbuh di depan Bale Asri dan Omah Limasan juga masih rajin berbuah. Tarian dan musik dari berbagai daerah di Indonesia, juga rutin digelar setiap tahun baru Muharram dalam sebuah festival budaya. Dan ke depan, “Kami akan menghadirkan pojok kopi dengan nama Bale Kopi Saung Seduh,” ungkap Emma Purvis, putri pasangan Bambang Soewono dan Soelasih, yang saat ini mengelola Pendopo 45. 

Ingin lepas dari kepenatan Jakarta? Secangkir kopi  di bangku pendopo menanti Anda.

Penulis : Siti Nurbaiti

Foto :  Rino K & dok. Pendopo 45.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *