ICAD 13: Tempat Eksperimen Seni Kontemporer

Dalam melahirkan kreasi, para seniman kerap bereksperimen. Mereka seringkali mengekspresikan diri dan pikiran secara bebas. Tak mau terikat pada pakem atau aturan tertentu.

Eksperimen dalam berkesenian, menjadi tema pada Indonesian Contemporary Art & Design atau ICAD 13 yang diselenggarakan pada 13 Oktober 2023 – 26 November 2023 di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Pameran ini menghadirkan 54 seniman multidisipliner, kolektif, dan komunitas yang bergerak di berbagai bidang seni seperti musik, desain, budaya, dan seni rupa material baru.

Pada penyelenggaraan tahun ketiga belas ini, Feel-Good Lab (FGL) menjadi manifesto acara. Karena bertemakan laboratorium: eksperimentasi dan kegiatan utak-atik yang bersumber dari keingintahuan, keinginan dan kebutuhan manusia menjadi fokus pameran. “ICAD 13 akan diperlakukan sebagai laboratorium eksperimental, untuk  mengungkapkan pemikiran kritis para desainer,” ungkap Amanda Ariawan, Lead Curator ICAD 13.

Pandangan dan gagasan-gagasan mengenai kepedulian, humor, feel-good, serta  emosi-emosi yang bertebaran di kehidupan, ditampilkan para seniman dan desainer.  Karya-karya mereka terbagi dalam lima kategori: Special Appearance, In Focus, Featured, Open Submission, dan Collaboration.

Whisper Tree karya Alex Abbad dan VIRO

Karya-karya seni yang dipamerkan, menyedot perhatian pengunjung. Misalnya instalasi  berjudul Whisper Tree karya Alex Abbad dan VIRO. Instalasi setinggi 6 meter itu menghadirkan gambaran pohon yang  termodifikasi. Akar, batang dan cabang-cabangnya penuh dengan sudut-sudut berwujud segitiga geometris, sedangkan daun-daunnya berbentuk kotak persegi. Dari batang-batangnya terulur juntaian batang-batang logam yang kaku. Alex Abbad seolah menyampaikan pohon memiliki kemampuan mendengar dan responsif seperti manusia.

Yuk Pindahin! Karya Ivonne Kani

Karya lainnya adalah performance art berjudul Yuk Pindahin! Karya Ivonne Kani ini berupa sebuah gerai promosi karikatural yang disajikan sebagai sebuah permainan interaktif, lengkap dengan seorang sales promotion girl dan jingle yang diputar berulang. Pengunjung diyakinkan untuk ikut memindahkan dan membebaskan lahan untuk pembangunan ibukota negara di Nusantara. Namun Ivonne mempertanyakan ketidakseriusan dalam pembangunannya dan menyelipkan wacana pascakolonial yang menganggap kawasan yang lemah sebagai terra incognita (tanah kosong) tanpa penghuni.

“Under Inheritence” karya Entang Wiharso

Pengunjung juga bisa menyaksikan “Carpet Wonderland” karya interaktif dari Lee Mok Yee,  “MACAK No.1” kolaborasi Galih Johar dan RSA All Day, “SUNSHINE” oleh Forrest Wong, serta “Under Inheritence” karya Entang Wiharso yang menampilkan patung berbentuk ikan di atas meja makan, juga karya-karya lainnya.

Tribute to Benyamin Sueb

Sorotan khusus pada pameran ini adalah Special Appearance: Tribute to Benyamin Sueb. Di dalam ruangan, dipajang berbagai karya dan memento dari almarhum Benyamin Sueb seperti poster film, piringan hitam, hingga foto-foto lawas milik komedian legenda Betawi ini. Pengunjung dapat melihat kehidupan sang bintang hingga akhir hayatnya.

Yang menarik pada penyelenggaraan tahun ini ICAD mengajak anak muda terlibat dalam kegiatannya dengan mengadakan program khusus ICAD Tour dengan 15 sekolah di Kawasan Jakarta. Dan untuk pertama kalinya pula ICAD  membuka kesempatan bagi anak muda untuk menjadi bagian dari pameran ICAD sebagai relawan. Agar kesadaran dan ketertarikan anak muda terhadap seni kontemporer makin meningkat.//

Penulis     :  Raihan Sujatmoko, Siti Nurbaiti

Foto Foto : Delrino Kamaroedin

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *