Taman di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini, harus dikatakan istimewa. Sejak revitalisasi pada 2019 selesai dikerjakan, taman seluas 7,3 hektar ini memperoleh beberapa penghargaan.
Yakni Sila Gold Awards 2022 pada Singapore Landscape Architecture Awards (SILA Award 2022), AIH Green Space International Award 2022, penghargaan kategori Parks and Open Space-Outstanding Awards dari IFLA Asia Pacific 2023 awards dan penghargaan kategori Design of The Year pada President’s Design Awards (PDA) 2023 .
PDA merupakan penghargaan tertinggi Singapura untuk desainer dan desain proyek di semua disiplin ilmu. Penghargaan diberikan kepada Tebet Eco Park karena taman yang dulunya rusak secara infrastruktur, terbengkalai dan selalu tergenang air saat hujan, dalam waktu 15 bulan berubah menjadi kawasan hijau yang semarak.

Aneka jenis tanaman ada di Tebel Eco Park yang ditata dengan rapi membuatnya tampak indah
Tebet Eco Park dinilai berhasil mengembalikan urban wildlife ke area kota. Hewan-hewan mulai kembali menghidupi taman. Terlihat berbagai burung, tupai, kadal, dan hewan lainnya berlarian di pepohonan. Ini membuktikan kesuksesan Tebet Eco Park menjadi sebuah prototipe taman yang berbasis alam, berkelanjutan, dan mengambil pendekatan regeneratif.
Desainnya yang terbagi dalam 8 zona aktivitas juga menarik. Zona Plaza menyambut pengunjung yang masuk melalui taman utara. Lalu zona Community Lawn berupa ruang terbuka dengan gundukan-gundukan rumput menyapa. Letaknya yang terpisah dari jalan menciptakan suasana private namun tetap menyatu dengan sekelilingnya.
Setelah itu ada zonaThematic Garden. Di bawah pepohonan, tanaman-tanaman aromatik diletakkan dengan pola melingkar. Zona ini juga merupakan ruang ekspresi para seniman memamerkan karya seni instalasi mereka.
Selanjutnya adalah Infinity Link Bridge, ikon dari Tebet Eco Park. Bentuk jembatan menyerupai simbol infinity dalam matematika yang memiliki arti tak terhingga atau tak terbatas. Demikian pula dengan namanya untuk menjadi pengikat dan pemersatu.
Pada jembatan tertulis kutipan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan: “Taman ini dibangun untuk menjadi ruang ketiga; ruang yang mendekatkan menghangatkan dan menyatukan antarwarga. Tak sekadar ruang hijau dan biru bagi kota, tapi juga memperkaya pengalaman warga”.

Jembatan penghubung antara taman utara dan taman selatan
Jembatan sepanjang 270 meter ini merupakan spot favorit pengunjung karena desainnya yang aesthetic. Warnanya yang mencolok, kombinasi oranye dan merah, terinspirasi dari warna pohon Leda (eucalyptus deglupta), satu dari banyak jenis pohon yang menyemarakkan taman.
Menyebrang jembatan, pengunjung berpindah ke taman selatan disambut zona Wetland Boardwalk. Area berupa rawa-rawa dengan tanaman-tanaman air ini adalah aset ekologis penting yang merupakan sistem natural pengendali banjir dan filtrasi air.
Kemudian zona Community Garden di dekat pintu selatan. Zona ini ramai karena menjadi ruang aktivitas bagi komunitas-komunitas. Jika perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti jalan setapak, pengunjung akan bertemu zona Forest Buffer dengan pohon-pohon yang rindang serta zona Children Playground, tempat si kecil dapat bermain.
Revitalisasi proyek taman juga tidak hanya tentang penampilan luarnya. Sebab bantaran sungai yang membelah taman sepanjang 714 meter dinaturalisasi sehingga terlihat lebih alami: langkah untuk mengatasi banjir serta memperbaiki kualitas air.
Di luar semua itu, lokasinya yang mudah diakses menjadikannya destinasi favorit masyarakat dari penjuru Jakarta. Di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta, ribuan pengunjug setiap harinya menikmati suasana alam dan melakukan berbagai aktivitas. Desain Tebet Eco Park yang mengusung konsep connecting people with nature, berhasil. //
Raisa Imani
Foto: Dicky Yuniarto
Leave a Reply