Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) ke 14 kembali digelar. Kali ini mengusung tema: UNEXPECTED.
Sebulan penuh, 10 Oktober–10 November 2024, hotel grandKemang, Jakarta memamerkan sekitar 74 karya seni. Seperti tahun-tahun sebelumnya, karya seni yang ditampilkan, unik. Memasuki lobi hotel, pengunjung disuguhi tampilan tujuh konstruki rotan berjudul: Wayang Rotan Dinasti Keluarga di Tahun 2014 Hingga 2024. Tersusun dari material rotan, kulit buaya, tutup plastik dan kayu beragam dimensi, karya seniman Nindityo Adipurnomo ini membawa publik ke suatu yang unexpected.

Wayang Rotan

Babinsa Berencana
Berpaling ke sisi kanan, karya Kevin Ple bertajuk Babinsa Berencana juga tak terduga. Menyorot ketidaksadaran kebanyakan masyarakat bahwa negara sudah menyelinap ke ruang privat melalui berbagai kebijakan. Disusun dari objek-objek siap pakai antara lain baton tonfa dalam warna-warna cerah yang melambangkan pihak penguasa bersama simbol-simbol yang mewakili ruang domestik.

Ridu Alam -Botol Kecap
Seperti tema, kejutan bermunculan pula dari karya-karya lain yang dipamerkan. Misalnya saja Diorama di Puncak Bogor. Dibuat dengan detail yang mengagumkan, karya Art Beruang (Maulidin Taufiq) ini menghadirkan kepingan-kepingan memori tentang salah satu kawasan ikonik di Jawa Barat antara lain: kebun teh, tugu botol kecap, Restoran Rindu Alam dan Jembatan Riung Gunung.

I believe I can fly
Ada juga instalasi terbuat dari media campuran bambu, benang, kertas dan besi berjudul When the Land Tortoise Meets the Sea Turtle – I believe I can fly. Layang-layang tradisional berukuran 200 x 200 x 90 cm karya seniman Malaysia Cheng Yen Pheng, ini mengekspresikan hubungan antara layang-layang dengan angin monsun. Bagaimana keduanya bertemu dengan kehidupan warga lokal.
Masih banyak lagi karya-karya yang mengejutkan saat dinikmati. Tersebar di dalam empat zona, instalasi seni yang dipamerkan terbagi dalam tujuh kategori. Yaitu: Special Appearance Tribute, Special Appearance Region, In Focus, Featured, Special Zone, Collaboration, dan Open Call.

Borneo
Persembahan istimewa di ICAD 2024 ada pada kategori Special Appearance Region yang mengajak pengunjung menyorot kegiatan seni, budaya dan kekayaan alam di Borneo. Michael Eko, fotografer-dokumenter, memamerkan seri foto dan arsip Adiu: Forest Is Our Mother yang mengisahkan perjuangan masyarakat Punan Adiu di Kalimantan dalam melindungi hutan adat mereka. Sedangkan desainer Evey Kwong menghadirkan seri: Connectedness berupa karya-karya anyaman hingga peralatan tradisional.

Tribute to A.D Pirous
Amanda Ariawan, Kurator ICAD 2024 mengatakan, tema UNEXPECTED dipilih karena tim kurator ingin melihat lebih dari sekadar visual. “Kami ingin menggali narasi lain yang perlu disoroti, dan bagaimana seni bisa relevan bagi kita, terutama di masa-masa seperti ini.” ungkapnya. Itulah sebabnya, topik-topik dan pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas, inklusi, ekologi dan sebagainya terlihat dalam karya-karya yang dipamerkan.
Namun ICAD 2024 tidak hanya memamerkan karya. Pameran seni dan desain yang dimulai tahun 2009, ini juga menggelar berbagai program aktivasi setiap harinya: Performance Art, Interactive Activity, Workshop, Public Lecture, dan Talks. Program-program digelar di lobi hotel di atas panggung yang didesain oleh Hardiman Radjab dan Tomy Herseta dengan tajuk serupa: Unexpected. Realitas memang sering tak terduga.//
Editor / Penulis : Siti Nurbaiti
Foto foto : Delrino Kamaroedin
Leave a Reply